https://banyumas.times.co.id/
Gaya Hidup

Gaya Hidup Digital Picu Food Waste di Kalangan Remaja

Sabtu, 26 Juli 2025 - 14:14
Gaya Hidup Digital Picu Food Waste di Kalangan Remaja ilustrasi - Food Waste (FOTO: SHUTTERSTOCK/Pixel-Shot)

TIMES BANYUMAS, BANYUMAS – Perilaku konsumsi remaja yang dipengaruhi gaya hidup digital dan media sosial dinilai jadi salah satu pemicu meningkatnya limbah makanan atau food waste. Fenomena ini tak hanya berdampak pada lingkungan dan ekonomi, tapi juga memperparah ketimpangan ketahanan pangan.

Hal tersebut diungkapkan oleh akademisi Universitas Warmadewa (Unwar), Dr. I Nengah Muliarta, saat menjadi narasumber dalam webinar bertema “Menguatkan Ketahanan Pangan Nasional Melalui Pertanian Berkelanjutan dan Konsep Zero Waste”, Sabtu (26/7/2025).

Akademisi-Universitas-Warmadewa.jpgAkademisi Universitas Warmadewa (Unwar), Dr. I Nengah Muliarta yang aktif mengkampanyekan isu lingkungan saat menjadi narasumber, Sabtu (26/7/2025).(FOTO: Tangkapan Layar/Webinar)

“Remaja terdorong membeli makanan berlebihan karena pengaruh media sosial, tren gaya hidup instan, dan minimnya pengetahuan soal dampak pemborosan makanan,” ujar Muliarta kepada TIMES Indonesia yang turut memantau jalannya webinar, Sabtu (26/7/2025).

Ia menjelaskan, food waste adalah makanan siap konsumsi yang terbuang sia-sia karena perilaku konsumen atau toko, berbeda dengan food loss yang terjadi di tahap awal produksi. Secara global, sekitar 33 persen makanan yang diproduksi untuk manusia hilang atau terbuang.

Di sisi lingkungan, food waste disebut sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca. Limbah organik menghasilkan metana (CH4) saat membusuk tanpa oksigen gas yang 25 kali lebih kuat dari CO2 dalam memicu pemanasan global.

Akademisi-Universitas-Warmadewa-2.jpg

“Total kontribusi food waste terhadap emisi gas rumah kaca mencapai 3,3 gigaton CO2 per tahun,” jelasnya.

Muliarta juga memaparkan hasil studi di Kawasan Saridewi, Denpasar (2021) yang menunjukkan potensi sampah harian mencapai 486 kg, dengan sisa makanan per orang rata-rata 0,14 kg/hari.

Sementara itu, Prof. Ir. Irawati Chaniago dari Universitas Andalas menyoroti kebutuhan pangan global yang akan melonjak 70% pada tahun 2050 untuk mencukupi populasi 9,6 miliar jiwa. Namun, tantangannya tak hanya soal produksi, melainkan juga soal distribusi dan pemborosan makanan.

Akademisi-Universitas-Warmadewa-3.jpg

“Limbah pangan global mencapai 1,3 miliar ton per tahun, nilai kerugiannya sekitar 1 triliun dolar AS,” tegas Irawati.

Dari sisi pertanian, Dekan FPST Unwar Prof. Dr. Ir. Luh Suriati menekankan pentingnya konsep Zero Waste. Ia menyebut pertanian berkelanjutan kini tak hanya mengejar hasil, tapi juga pelestarian lingkungan dan sumber daya.

“Dengan mengurangi limbah dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya, kita bisa menciptakan pertanian yang efisien dan ramah lingkungan,” ujarnya.

Webinar ini sendiri digelar oleh Prodi Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian FPST-Unwar. Selain membuka wawasan soal food waste dan pertanian berkelanjutan, kegiatan ini juga diharapkan bisa membentuk mahasiswa sebagai agen perubahan di bidang ketahanan pangan.

“Mahasiswa harus mampu menerapkan teori ke praktik nyata, berpikir kritis, dan menciptakan solusi. Mereka adalah ujung tombak ketahanan pangan masa depan,” pungkas Prof Suriati. (*)

Pewarta : Sutrisno
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyumas just now

Welcome to TIMES Banyumas

TIMES Banyumas is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.