TIMES BANYUMAS, MALANG – Waroeng Tani bukan sekadar tempat makan biasa, melainkan sebuah usaha kuliner yang lahir dari akar tradisi pertanian keluarga. Nama uniknya menyimpan cerita mendalam yang terinspirasi dari latar belakang keluarga Ali Supandri owner restoran masakan rumahan tersebut.
Sebelum mendirikan usaha kuliner ini, keluarga Ali lebih dulu dikenal sebagai pemasok buah-buahan unggulan. Berbagai buah tropis seperti durian dan mangga dikirim ke berbagai daerah di Indonesia bahkan hingga Papua.
Berbekal pengalaman tersebut, keluarga ini kemudian berinisiatif untuk melebarkan sayap ke sektor kuliner dengan mendirikan Waroeng Tani pada tahun 2019.
Sejak kecil, Ali Supandri sudah terlibat dalam bisnis keluarga. Tradisi ini berlanjut ketika orang tuanya mempercayakan kepemimpinan Waroeng Tani kepadanya. Perjalanan usaha ini tidak selalu mulus, terutama saat pandemi Covid-19 melanda.
Berjuang di Masa Pandemi dengan Makanan Murah dan Venue Terbuka
“Pandemi adalah masa paling berat. Kami harus benar-benar berpikir keras agar Waroeng Tani tidak gulung tikar. Akhirnya kami memilih konsep warung terbuka agar tetap bisa beroperasi dan pelanggan merasa aman,” ujarnya.
Konsep utama Waroeng Tani adalah Makmur atau singkatan dari Makanan Murah. Dengan prinsip ini, semua kalangan dapat menikmati hidangan khas pedesaan dengan harga yang terjangkau. Salah satu menu andalan yang menjadi ciri khas adalah olahan sayur daun katuk, hasil budidaya sendiri.
Logo Waroeng Tani menyambut setiap tamu yang datang ke rumah makan. (Foto: Devi/Waroeng Tani/TIMES Indonesia)
“Daun katuk kami olah jadi sayur lezat yang bisa dinikmati gratis oleh semua pengunjung. Selain menyehatkan, ini juga bentuk rasa syukur dan berbagi dari kami,” tambah Ali Supandri. Selain itu, menu favorit lain yang selalu menjadi incaran pelanggan adalah Gurami Asam Manis dan Gurami Saus Telur Asin.
Bulan Ramadan Penuh Berkah
Keistimewaan Waroeng Tani semakin terasa pada bulan Ramadan, ketika jumlah pengunjung dan pesanan meningkat drastis.
“Saking ramainya, kami pernah menerima hingga 2.000 paket pesanan berbuka puasa. Kapasitas Waroeng Tani sendiri mencapai 1.500 orang, dan hampir selalu penuh setiap harinya di bulan Ramadan,” jelas pria yang lahir sehari jelang kemerdekaan tersebut.
Berlokasi di Jalan TPST, Jetak Lor, Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Waroeng Tani memiliki lokasi yang strategis. Kecamatan Dau sendiri berada di antara Kota Malang dan Kota Batu, sehingga kerap menjadi jalur lintasan masyarakat maupun wisatawan yang bepergian menuju dua kota tersebut.
Kekuatan Konsep Ndeso
Nuansa pedesaan Jawa sangat terasa, baik dari desain arsitektur bangunannya, peralatan makan, hingga aksesoris khas seperti kentongan.
Dengan konsep prasmanan, para pengunjung bebas memilih berbagai menu, mulai dari dadar jagung, tumis kerang, oseng cecek, olahan ikan, hingga hidangan khas pedesaan lainnya.
Salah satu venue bersantap di Waroeng Tani dengan konsep balai. (Foto: Devi/Waroeng Tani/TIMES Indonesia)
Area tempat makan yang luas, terbuka, serta dikelilingi tanaman hijau membuat pengunjung merasa nyaman, bahkan ketika datang bersama rombongan besar. Tak heran jika Waroeng Tani juga sering dipilih sebagai lokasi untuk berbagai acara spesial, mulai dari foto prewedding, pernikahan, hingga wisuda.
Waroeng Tani buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 20.30 WIB. Dengan suasana khas pedesaan yang hangat dan ramah, tempat ini tidak hanya menawarkan pengalaman kuliner, tetapi juga menghadirkan kembali nilai kebersamaan dan kesederhanaan ala masyarakat tani.
“Kami ingin setiap orang yang datang merasa seperti pulang ke rumah sendiri. Makan enak, suasana nyaman, dan hati pun senang,” tutup Ali Supandri.
Sedekah Cara Waroeng Tani
Masih dengan konsep sedekah rumah makan ini juga akan menghadiahi para konsumen wanita mereka dengan sepaket sayur atau buah saat pulang. Sayur dan buah tersebut juga dipetik dari kebun sendiri.
Tiap hari sayur dan buah yang ditawarkan akan berbeda tergantung hasil panen. Terkadang anda akan mendapatkan sepaket daun katuk, bayam, sawi, buah jeruk, tomat atau sayuran dan buah-buahan lainnya.
Di bawah kepemimpinan Ali Supandri Waroeng Tani tidak hanya menjadi destinasi kuliner favorit masyarakat Malang dan sekitarnya. Rumah makan ini juga menjadi simbol keberhasilan transformasi usaha keluarga petani menjadi bisnis modern tanpa kehilangan nuansa tradisi. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengenal Sejarah Waroeng Tani Malang: Rumah Makan Mewah Harga Murah!
Pewarta | : Khodijah Siti |
Editor | : Khodijah Siti |