TIMES BANYUMAS, BANJARNEGARA – Rumah Tahanan Negara atau Rutan Banjarnegara terus melakukan inovasi wirausaha untuk membekali warga binaannya sesuai bakat dan minat.
Warga binaan yang berminat di bidang pertanian misalnya, melalui program pembinaan kemandirian, Rutan Banjarnegara juga membekali warga binaan dengan ilmu pertanian.
Tentu tidak hanya sekadar teori tapi langsung praktik walau memanfaatkan lahan atau lorong - lorong yang ada di lingkungan rumah tahanan.
Panen di Area Brand Gang
Warga binaan Rutan Banjarnegara baru saja panen caisim atau sawi hijau. Kualitas sayuran dapat dikatakan unggul karena kesegaran dan ukuran jauh lebih besar dari biasanya.
Panen kali ini berada di lahan pembinaan yang sempit terletak di area brand gang dalam Rutan. Sejak diolah warga binaan beberapa bulan lalu, tempat ini disulap menjadi lahan pertanian produktif di lingkungan pemasyarakatan.
Kepala Rutan Banjarnegara Dodik Harmono menyampaikan panen caisim ini merupakan bagian dari implementasi nyata Program Asta Cita dan 13 Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan poin kedua, yakni pemberdayaan peran warga binaan dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
"Dengan panen ini, telah terbukti bahwa program pemerintah berdampak positif bagi sektor pertanian karena dapat menghasilkan panen yang berkualitas," kata Dodik, Minggu (6/10/2025).
Hal yang mencengangkan bagi Dodik Harmono, tidak hanya dari segi volume tetapi juga mutu. "Ukuran caisim kali ini benar-benar jumbo. Batangnya kokoh, daunnya lebar, dan warnanya hijau segar. Banyak yang mengira ini hasil bibit impor, padahal semua ditanam dan dirawat oleh warga binaan sendiri," jelasnya, Minggu sore (5/10/2025).
Disampaikan juga, kali ini sebanyak 58 kg caisim berhasil dipanen. Tidak sia - sia beberapa bulan ini warga binaan telah mengikuti pelatihan dan praktek teknik penanaman, penyiraman, pengendalian hama, dan pemupukan organik.
"Pelatihan ini menjadi bagian dari kegiatan pembinaan keterampilan yang diharapkan bisa menjadi bekal ketika mereka kembali ke masyarakat," imbuhnya.
Yang menarik, panen tidak berhenti hanya pada hasil fisik. Produk caisim tersebut langsung disalurkan untuk keperluan konsumsi internal dapur Rutan dan penjualan ke pasar lokal.
Untuk konsumsi, hasil panen segar digunakan sebagai bahan pangan warga binaan, meningkatkan kecukupan gizi mereka dengan sumber sayuran yang sehat dan aman.
Di balik kesuksesan panen, pihak rutan mengaku telah melakukan inovasi dalam teknik budidaya. Sistem penanaman dilakukan secara intensif dengan pola pengaturan air yang tepat, pemantauan hama, dan rotasi tanaman.
Selain itu, penggunaan pupuk organik turut mendukung kualitas tanaman sekaligus menekan biaya operasional. Berbagai upaya tersebut terbukti efektif menghasilkan caisim berukuran jumbo dan layak jual.
Dengan keberhasilan ini, Rutan Banjarnegara berencana memperluas area tanam dan menambah variasi tanaman hortikultura.
Komoditas seperti cabai, kangkung, serta bayam mulai dipertimbangkan untuk penanaman berikutnya. Pihak Rutan juga tengah menjajaki kerja sama dengan kelompok tani dan dinas pertanian setempat guna meningkatkan mutu dan distribusi hasil.
Sementara itu, sebagian hasil panen dijual ke pedagang di wilayah Banjarnegara. Respons masyarakat cukup antusias setelah mengetahui bahwa produk sayuran berasal dari Rutan dan memiliki kualitas tak kalah dengan petani profesional.
Sementara beberapa warga binaan yang terlibat dalam proses tanam hingga panen mengaku bangga dan termotivasi. Mereka merasa dihargai karena diberi kesempatan mengembangkan potensi serta menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
“Awalnya kami tidak punya pengalaman bertani. Setelah diajari dan dipraktikkan, ternyata bisa menghasilkan sayuran sebesar ini. Rasanya senang dan jadi ingin terus belajar,” ujar seorang warga binaan di Rutan Banjarnegara. (*)
Pewarta | : Muchlas Hamidi |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |