TIMES BANYUMAS, PATI – Aksi unjuk rasa menuntut Bupati Pati Sudewo mundur dari jabatannya pada Rabu (13/8/2025) mulai memanas. Massa mulai melempar botol air mineral ke arah aparat kepolisian yang berjaga di Kantor Bupati.

Yang memprihatinkan, botol-botol itu bukan sekadar bekas kemasan, melainkan bagian dari donasi warga yang terkumpul selama sepekan untuk mendukung aksi damai. Simbol solidaritas masyarakat justru berubah menjadi alat konfrontasi.

Sumber TIMES Indonesia di Pati menyebutkan, kericuhan terjadi secara tiba-tiba. Aparat yang berjaga membentuk barikade menggunakan tameng dan menyemprotkan air ke arah massa untuk menghalau lemparan. Langkah ini diambil untuk mencegah bentrokan fisik yang lebih parah.

Aksi tuntut mundur kepala daerah memang bukan hal baru dalam sejarah demokrasi lokal Indonesia. Namun, kasus di Pati ini menjadi peringatan bahwa kebebasan berpendapat harus dibarengi tanggung jawab moral, terutama dalam menjaga simbol-simbol solidaritas publik.

“Ketika donasi berubah fungsi menjadi senjata, yang rusak bukan hanya suasana aksi, tetapi juga kepercayaan masyarakat kepada gerakan itu sendiri,” ujar salah satu pemerhati gerakan sosial di Jawa Tengah ini.

Hingga sore hari, kawasan Kantor Bupati Pati tetap dijaga ketat. Polisi mengimbau massa untuk menyampaikan aspirasi dengan tertib, tanpa kekerasan, agar esensi demokrasi tetap terjaga. (*)