TIMES BANYUMAS, BANYUMAS – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi wadah pembentukan karakter kebangsaan, terutama dalam mencegah penyebaran paham radikal dan terorisme.
Hal itu disampaikan Direktur Pencegahan BNPT, Irfan Idris, saat membuka Dialog Kebangsaan bersama satuan pendidikan tingkat SMA/SMK/MA di Pendopo Sipanji, Banyumas, Kamis (30/10/2025).
Menurut Irfan, sekolah adalah tempat strategis untuk menanamkan nilai kebhinnekaan dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya mengajak para pelajar mengambil tiga peran penting sebagai generasi muda di era digital,” ujar Irfan, seperti dikutip ANTARA dari keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (1/11/2025)
Tiga Peran Pelajar di Era Digital
Irfan menjelaskan tiga peran penting yang harus diemban pelajar untuk memperkuat karakter kebangsaan. Pertama, menjadi generasi kritis dan bijak dalam bermedia. Menurutnya, pelajar perlu memahami bahwa kecakapan digital bukan sekadar bisa menggunakan aplikasi, melainkan juga kebijaksanaan dalam menyaring informasi.
“Pegang prinsip saring sebelum sharing agar tidak mudah terjebak hoaks dan provokasi,” tegasnya.
Kedua, menjadi duta perdamaian dan produsen konten positif. Irfan mendorong siswa untuk aktif menciptakan narasi damai dan toleran di media sosial.
“Gunakan kreativitas kalian untuk menyebarkan pesan toleransi lintas suku dan agama. Tunjukkan bahwa moderasi itu keren,” ujarnya.
Peran ketiga, menjaga toleransi di dunia nyata. Toleransi, kata Irfan, bukan hanya dibicarakan tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata, seperti menghargai perbedaan dan menolak perundungan di sekolah.
Sekolah Sebagai Zona Nol Intoleransi
Irfan mengingatkan bahwa derasnya arus informasi digital dapat mengikis semangat persatuan jika tidak diimbangi karakter kebangsaan yang kuat. Karena itu, sekolah harus menjadi “zona nol” dari intoleransi, radikalisme, dan kekerasan.
“Dialog seperti ini harus melahirkan komitmen nyata di sekolah masing-masing,” kata Irfan.
Ia juga menekankan pentingnya pembekalan bagi tenaga pendidik. Guru yang memiliki daya tangkal terhadap paham ekstrem akan mampu menanamkan nilai kebangsaan secara efektif kepada peserta didik.
“Kalau guru terpapar paham radikal, dampaknya sangat berbahaya bagi generasi muda,” ujarnya memperingatkan. (*)
| Pewarta | : Antara |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |