TIMES BANYUMAS, JAKARTA – Gaya hidup digital sudah tentu berpengaruh pada penampilan. Industri mode dunia menginterpretasikan gaya hidup digital dalam bentuk cyber fashion. Lantas, apa itu Iot Fashion? Apa yang dimaksud dengan ‘Cyber-Xotic’ yang diprediksi akan marak 2024?
Terminologi ‘Cyber’ sudah tentu bukan hal baru bagi orang-orang yang melek digital. Kalau dalam bahasa Indonesia, tulisannya ‘Siber’. Karena gaya hidup new media atau digital yang sudah sangat mendominasi dalam setiap sendi kehidupan manusia moderen, jadi cyber banyak ragamnya, contoh: cyber ethics, cyber-crime, cyber-space, cyber defense, cyber university, cyber-attacks, cyber law dan lain-lain termasuk cyber fashion.
Cyber Fashion terdengar sangat futuristic dan visioner. Benar, gaya busana Cyber, terinspirasi dari gaya hidup digital sebagai bagian dari revolusi information technology atau (IT). Sebenarnya gaya busana cyber bukan hal yang baru dalam industri fashion. Pada dekade 60an, saat Amerika dan Uni Soviet mengklaim sebagai negara adidaya dan saling beradu siapa yang paling unggul menguasai ruang angkasa atau Space Age. Dari itu kita mengenal astronot, kosmonot, Solyuz, Apolo, NASA dan lainnya. Dari ajang ‘lomba’ tersebut, beberapa fashion designer dunia seperti Paco Rabanne, Andre Courreges, Piere Cardin menginterpretasikan Space Age dalam versi masing-masing DNA para fashion designer dengan kampanye bernuansa futuristic yang saat itu mendapatkan respon yang sangat positif juga antusias dan akhirnya menjadi sebuah fenomena di dunia fashion.
Kata ‘Cyber’ sendiri lahir dan populer pada awal dekade 90an, saat lahirnya komputer dan peralihan dari televisi analog yang konventional ke digital. Saat orang-orang mempunyai alamat email dan saling mengirimkan email. Saat manusia ber SMS an dari hape mereka. Maraknya kata cyber ini juga didukung dengan genre film Hollywood yang bernuansa futuristic juga robotic atau Science Fiction seperti The Matrix nya Keanu Reeves, Fifth Element-nya Milla Jovovich, Gattaca nya Etahn Hawke, dan masih banyak lagi.
Selain itu, pada dekade 90an, MTV menayangkan banyak klip video bernuansa futuristik seperti ‘Scream’ nya Michael dan Janet Jackson, Can’t Get You Out of My Head dari Kyllie Minogue, TLC dengan No Scrub-nya dan lainnya.
Beberapa bahan seperti nylon, plastic, latex, leather atau kulit, potongan celana dan atasan cargo, coat, jumpers atau body suit, strap atau belt, hoods, boots dengan sentuhan tactical juga military atau utilitarian juga warna dari silver, abu-abu, hitam dan terkadang warna neon memperkuat cyber fashion.
Kata lain dari cyber fashion adalah gaya futuristic, Y2K Fashion, IoT atau Internet of Things Fashion, dan lainnya. Kalau Y2K di sini maksudnya adalah Year 2000, ilustrasi atau ambiens memasuki milenia baru dengan paduan budaya pop dan futuristic. Periode Y2K adalah akhir 90an dan awal 2000an. Busana atau bahan memberikan benefit seperti chip agar lebih mudah ditemukan kalau baju tersebut hilang. Ada juga baju atau bahan yang mampu mengukur detak jantung pemakainya, menilai pola tidur bayi, bahan atau baju bisa melindungi kulit dari polusi dan pembusukan.
Contoh lain adalah FITBIT yang menggunakan Cloud Healthcare API Google yang baru untuk menggabungkan datanya ke dalam aplikasi perawatan kesehatan, memungkinkan pengguna untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan mereka sendiri. Fitbit juga bekerja sama dengan rumah mode mewah seperti Tory Burch (Fashion Meets Fitness).
Lantas, apa yang dimaksud dengan Cyber-Xotic? Kata tersebut terdiri dari dua yakni Cyber dan Exotic. Adalah gaya busana cyber yang ultramodern, out of the box, anti-mainstream, futuristic dan visioner dengan mengunakan wastra Indonesia seperti ikat, tenun, Batik juga lurik. Kata ‘Cyber-Xotic’ sendiri digagas oleh salah satu anggota Indonesians Fashion Chamber atau IFC, yakni Ichwan Thoha yang dijadikan tema acara tahunan IFC chapter Jakarta yakni Jakarta Fashion Trend 2024 beberapa waktu lalu. Penggunaan wastra di sini juga bentuk kepedulian IFC terhadap perlindungan, juga pelestarian wastra dan menumbuhkna rasa cinta, dan memiliki wastra terhadap Generasi Z dan Alpha. (*)
***
*) Oleh : Ichwan Thoha, Fashion Designer, Dosen dan Penulis Buku
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Cyber-Xotic, Trend Mode 2024
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |