https://banyumas.times.co.id/
Berita

Kisah Jemaah Haji Indonesia, Semangat Tak Pernah Padam di Tanah Suci

Selasa, 21 Mei 2024 - 16:52
Kisah Jemaah Haji Indonesia, Semangat Tak Pernah Padam di Tanah Suci Jemaah Haji Indonesia asal Kabupaten Pemalang, Runiti. (Foto: MCH 2024 Kemenag RI)

TIMES BANYUMAS, MADINAH – Pada malam yang tenang di Madinah, tepat pukul 01.00 waktu Arab Saudi, jemaah Haji Indonesia asal Kabupaten Pemalang, Runiti, mendarat dengan pesawat Garuda Indonesia di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz.

Penerbangan itu membawa 354 Jemaah Calon Haji (JCH) dan lima petugas dari Embarkasi SOC 32. Total penumpang pada manifest adalah 359 orang. Di antara mereka, seorang wanita bernama Runiti yang menjadi sorotan tim MCH PPIH Arab Saudi, Selasa 20 Mei 2024, malam itu.

Begitu pesawat berhenti, para jemaah dengan tertib keluar dari pesawat dan diarahkan menuju pintu kedatangan di gate fast track. Proses ini jauh lebih cepat dan efisien karena mereka tidak lagi harus melewati pemeriksaan imigrasi otoritas bandara. Hanya pemeriksaan X-Ray yang diperlukan. Jemaah pun dengan mudah melewati proses ini dan segera menuju bus pemberangkatan yang telah disediakan.

Di pintu kedatangan, ada empat mesin X-Ray yang siap melayani jemaah. Petugas PPIH Arab Saudi dengan sigap membantu menurunkan koper dan tas jemaah setelah melewati pintu X-Ray. Para jemaah, meski lelah setelah perjalanan panjang, tampak antusias dan penuh harap untuk melanjutkan perjalanan ibadah mereka.

Kami, tim Media Center Haji (MCH), berada di sana untuk meliput kedatangan jemaah. Namun, perhatian kami tertuju pada satu sosok yang tampak berbeda. Runiti, wanita asal Kabupaten Pemalang, menarik perhatian dengan raut wajahnya yang penuh kesedihan meski berusaha tegar. 

Gerakannya perlahan namun pasti, Runiti menempatkan koper dan tasnya ke mesin X-Ray. Tidak lebih dari tiga menit, proses itu selesai.

Tim MCH yang betugas langsung segera mendekati Runiti untuk membantu menurunkan barang-barangnya.

Jemaah-Haji-Indonesia-asal-Kabupaten-Pemalang.jpg

"Ibu, biar kami bantu," ucap kami sambil meraih koper dan tas miliknya. Runiti hanya mengangguk lemah, matanya masih tampak sendu meski tertutup masker.

Raut wajah lelah dan dirundung kesedihan masih terpancar jelas. Namun, di balik kesedihannya, terlihat keteguhan hati yang luar biasa. Kami pun menyalami Runiti satu per satu, menyampaikan belasungkawa dan rasa duka kami atas kepergian suaminya yang mendadak, hanya beberapa hari sebelum keberangkatan mereka ke Tanah Suci. Suaminya, yang seharusnya berada di sampingnya, kini tinggal kenangan.

“Terima kasih, Nak,” ucap Runiti dengan suara lirih namun tulus. "Saya harus kuat, demi suami saya yang sudah tidak ada, dan demi memenuhi panggilan Allah."

Kisah Runiti menyentuh hati kami semua. Di tengah duka mendalam, ia tetap memutuskan untuk melanjutkan ibadah haji. Keputusan ini bukanlah hal yang mudah. 

Di setiap langkahnya, ada kenangan bersama suaminya yang telah tiada. Namun, Runiti menunjukkan bahwa kesabaran dan keikhlasan adalah kunci untuk menghadapi segala ujian hidup.

Kami terus mengikuti Runiti hingga ke bus yang akan membawanya ke akomodasi di Madinah. Ia duduk di dekat jendela, memandang keluar dengan tatapan kosong. 

Namun, ada kekuatan dalam tatapan itu. Kekuatan seorang wanita yang berjuang untuk tetap tegar, yang berusaha untuk menjalankan rukun Islam kelima meski di tengah cobaan berat.

Ketika bus mulai bergerak, saya sempat berbincang dengan beberapa jemaah lainnya. Mereka semua mengenal Runiti dan tahu tentang musibah yang menimpanya.

"Ibu Runiti itu wanita yang kuat," kata salah seorang jemaah. "Kami semua di sini mendukung dan mendoakannya. Kepergian suaminya adalah cobaan, tapi dia yakin bahwa ini adalah bagian dari rencana Allah."

Perjalanan menuju akomodasi di Madinah terasa singkat. Setibanya di sana, jemaah disambut dengan hangat oleh petugas haji lainnya. Mereka diberikan makanan ringan dan air zamzam untuk menyegarkan diri. Runiti, meski lelah, tetap menunjukkan semangat yang tidak padam.

Hari-hari berikutnya di Madinah, Runiti menjalani setiap aktivitas dengan penuh ketekunan. Ia berziarah ke Masjid Nabawi, mengikuti berbagai kegiatan ibadah, dan selalu tampak khusyuk dalam setiap doanya. Wajahnya yang tadinya penuh kesedihan perlahan-lahan berubah menjadi lebih damai. Ketegaran dan keikhlasannya menjadi contoh bagi jemaah lainnya.

Ketika hari keberangkatan menuju Mekah tiba, Runiti kembali menunjukkan semangat yang luar biasa. Ia siap untuk menjalani rangkaian ibadah haji dengan sepenuh hati. Kami yang mengikuti perjalanannya merasa terinspirasi oleh keteguhan hatinya.

Kisah Runiti di Haji 2024 bukan hanya tentang perjalanan fisik menuju Tanah Suci, tetapi juga tentang perjalanan batin yang penuh makna. Di tengah segala cobaan, ia menunjukkan bahwa iman dan keteguhan hati adalah kunci untuk menghadapinya. 

Bagi calon jemaah haji lainnya, cerita ini adalah pengingat bahwa dalam setiap langkah menuju Baitullah, selalu ada kekuatan dan berkah yang bisa kita temukan, asalkan kita sabar dan ikhlas.(*) 

Pewarta : Imadudin Muhammad
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyumas just now

Welcome to TIMES Banyumas

TIMES Banyumas is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.