TIMES BANYUMAS, BANJARNEGARA – Sudah tiga tahun terakhir, Satgas Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, aktif memberikan layanan bantuan kemanusiaan bagi warga dengan gangguan jiwa.
Meski ruang lingkup kerjanya masih terbatas di wilayah Kecamatan Pagentan, perjalanan selama tiga tahun tersebut bukanlah hal yang singkat, mengingat aktivitas yang dijalankan sarat risiko dan membutuhkan keberanian serta kepedulian tinggi.
Satgas ODGJ Pagentan dipimpin oleh Wanidi Ahmad Hamdani, yang juga menjabat sebagai Komandan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kecamatan Pagentan sekaligus Komandan DESTANA Kabupaten Banjarnegara. Keanggotaan satgas ini melibatkan berbagai unsur, mulai dari relawan Polsek dan Koramil, Kepala Puskesmas Pagentan 1 dan 2, bidan desa, hingga relawan dari lintas organisasi sosial lainnya.

Kepada TIMES Indonesia, Wanidi mengungkapkan bahwa dorongan utama dirinya terlibat dalam penanganan ODGJ adalah rasa kemanusiaan. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang memandang sebelah mata perilaku ODGJ, padahal mereka tetap bagian dari kehidupan sosial.
“Kita harus bisa memanusiakan manusia. Selain itu, banyak permintaan dari masyarakat untuk penanganan ODGJ, sementara tidak semua orang bersedia terlibat. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami,” ujar Wanidi, Selasa (23/12/2025).
Ia mengakui, dalam praktiknya, Satgas ODGJ kerap menghadapi situasi sulit. Tidak sedikit ODGJ yang bersikap agresif dan meresahkan warga. Bahkan, ada pula ODGJ yang datang dari luar daerah dan menimbulkan gangguan, seperti mengambil pakaian warga atau meminta rokok di warung-warung.
Salah satu kejadian yang sempat menyita perhatian terjadi di Desa Metawana, Kecamatan Pagentan. Seorang ODGJ dengan kondisi pakaian lusuh mengamuk dan memecahkan kaca masjid. Satgas ODGJ Pagentan segera mengambil tindakan dengan mengamankan yang bersangkutan dan membawanya ke RSI Bawang, Banjarnegara.
“Di Banjarnegara, baru rumah sakit ini yang memiliki layanan kesehatan khusus bagi ODGJ,” jelas Wanidi.
Sebelum dibawa ke rumah sakit, ODGJ tersebut terlebih dahulu dimandikan dan diganti pakaiannya. Wanidi juga menyebutkan bahwa banyak ODGJ yang sebelumnya diikat karena sering mengamuk. Namun, pihaknya berupaya melepaskan ikatan tersebut dengan pendekatan persuasif. “Dengan izin Allah SWT, pasien bisa diajak bekerja sama untuk dibawa ke rumah sakit,” ungkapnya.
Wanidi bersyukur, keberadaan tim lintas sektor yang melibatkan Polsek, Koramil, dan Puskesmas membuat koordinasi dengan rumah sakit serta dinas terkait berjalan lebih mudah. Selain RSI Bawang, Satgas ODGJ Pagentan juga menjalin kerja sama dengan sejumlah rumah sakit lain, seperti RSUD Margono, RSUD Banyumas, dan RSJ Magelang.
“Untuk operasional, kami masih sering menggunakan armada milik relawan. Namun, dalam beberapa kasus, pihak rumah sakit juga melakukan jemput bola,” tambahnya.
Terkait teknis penanganan, Wanidi menjelaskan tidak ada perlakuan khusus dalam memberikan pelayanan. Jika terjadi kondisi darurat, seperti ODGJ mengamuk di tempat umum, Satgas ODGJ langsung bertindak dengan berkoordinasi bersama Dinas Sosial Kabupaten Banjarnegara. Sementara untuk ODGJ yang berada di rumah, penanganan dilakukan setelah adanya laporan dari keluarga melalui pemerintah desa setempat.
Untuk ODGJ dari keluarga tidak mampu, Satgas ODGJ Pagentan bekerja sama dengan BAZNAS Banjarnegara dalam membantu biaya transportasi. Selain itu, dukungan juga datang dari pemerintah desa dan, dalam beberapa kondisi, hasil patungan dari anggota satgas.
“Sebelum pasien dibawa ke rumah sakit, kami cek dulu kepesertaan BPJS-nya. Jika memiliki BPJS, biaya relatif aman. Kalau belum, kami koordinasikan dengan pemerintah desa dan Dinas Sosial. Alhamdulillah, selama ini selalu dipermudah,” katanya.
Wanidi mengaku bersyukur karena saat ini penanganan ODGJ di Pagentan didukung banyak pihak dan relasi. “Prinsip kami sederhana, siapa yang menolong saudaranya, maka akan ditolong oleh saudara hamba Allah SWT yang lain,” ujarnya.
Tak hanya mengamankan dan mengantar ODGJ ke rumah sakit, Satgas ODGJ Pagentan juga memantau perkembangan pasien hingga mengantarkan kembali ke keluarga setelah dinyatakan stabil. (*)
| Pewarta | : Muchlas Hamidi |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |